Selasa, 07 Desember 2010

ELANGq ...
Entah apa lagi yang harus kulakukan. Dari kelembutan yang melahirkan puisi, hingga kemarahan yang melahirkan tulisan tentang sosok manusia sempurna. Segala yang kukatakan, segala yang kulakukan. Semuanya selalu salah. Maka keinginan mencintai itu pun, pupus.

Namun, aku masih saja menyayangimu. Bahkan di saat-saat kritisku. Saat di mana orang-orang itu merasa berhak memvonis sampai di mana panjang nafasku, menakar sampai kapan denyut nadiku. Saat-saat di mana aku berada jauh dan terasing dari duniaku. Saat di mana aku sendiri dalam kesepian yang mengepungku. Aku masih mengingatmu. Hingga kutitip satu puisi untukmu. Puisi tentang Elang.

Bila telah tiba saatnya bagi Elang untuk pergi ke atas gunung, maka pergilah.

Jika itu bisa membuatmu kembali kuat, dan terbang dengan gagah berani. menyongsong matahari.

Tapi, bila suatu saat kau jatuh, Kau tahu kan, ke mana kau bisa pergi.

Karena aku selalu di sini.

Sesungguhnya, aku tidak pernah pergi walau hanya sejengkal pun darimu.

Aku seperti udara yang selalu ada di sekelilingmu.

Yang kau hirup, kemudian memenuhi rongga dadamu.

Yang dapat kau rasakan keberadaannya, meski tak dapat kau lihat.

Bukankah pernah kukatakan padamu?

Bahwa bila pada suatu senja, kau rasakan ada angin yang membelai lembut wajahmu.

Maka itu adalah tanganku yang sedang membelaimu ..



phairu


0 komentar: